Friday, August 04, 2006

To Mr. JIL: Jilbab memang budaya arab



Baru-baru ini aku terlibat diskusi seru tentang jilbab sama Mr. JIL, temanku. Kesimpulan yang aku dapat adalah memang benar jilbab itu budaya arab. Aku setuju kok dengan statement si Ulil Abshor Abdalla itu (maaf ya Mr. Ulil kalo saya salah nulis namanya ^_^) kalo jilbab itu budaya arab. Lantas si Mr. JIL temanku ini melontarkan pertanyaan seru yang kupikir layak dicari jawabannya “Lha lantas kenapa orang2 pada kebakaran jenggot waktu Ulil bilang begitu?”
Semua orang juga tahu kalo jilbab itu baju khas orang arab sama halnya dengan baju kurung yang jadi tradisi orang minang atawa kemben yang jadi cirinya orang jawa or sari yang jadi trade mark-nya orang India. Yang jadi masalah kan meaning beyond the statement si Mr. Ulil ini. Aku setuju juga kok kalo wanita tidak wajib pake jilbab sama halnya dengan setujunya aku kalo wanita tidak wajib pake baju kurung maupun kemben. Beneran lho, aku gak sedang gak bercanda!!!
Yang bikin aku misuh-misuh ya karena si Mr. JIL temanku ini beserta rekan-rekannya ngotot bilang kalo wanita itu gak wajib menutup kepala (kepala cewek itu aurat juga lho Mr JIL, ente megang hadis gak sih?). Eh…tapi sejujurnya aku setuju banget lho sama pendapat Mr. JIL cs. Kalo dilihat lagi sebenarnya kan Allah memang gak pernah menyuruh seluruh manusia yang berjenis kelamin wanita untuk menutup aurat. Dalam surat Al-Ahzab (33:59) memang hanya para istri nabi, anak perempuan nabi, n para wanita mukmin yang disuruh untuk mengulurkan ‘jilbab’ keseluruh tubuh. So…untuk para wanita masa kini yang jelas-jelas bukan istri nabi apalagi anak perempuan nabi ya gak terkena kewajiban donk. Eits…tapi untuk para wanita mukmin, itu termasuk wajib lho. Peintah menutup aurat itu menjadi sebuah kewajiban ketika si wanita itu percaya kalo perintah itu datang dari Allah dan wajib untuk dilaksanakan. Tapi kalo si wanita gak percaya ya otomatis dia terbebas dari kewajiban itu lah.
Ups…tapi si Mr. JIL temanku ini masih bersikeras. Yang dia maksud jilbab itu yang versi indonesianya, ya kerudung yang menutup kepala. Katanya lagi, Allah gak pernah menyuruh untuk mengulurkan ‘jilbab’ sampai menutupi kepala, ‘jilbab’nya cuma diulur sampai menutupi dada doank. Truss aku bilang “Ya amplop…masa situ lupa kalo Al-Qur’an itu bahasanya implisit, tinggi, plus halus banget. Makanya Allah mengirim Muhammad SAW yang bertugas sebagai penerjemah plus penyebar Al-Qur’an. Nah…Muhammad SAW kan pernah bilang kalo wanita yang udah baligh itu cuma boleh menampakkan muka n telapak tangan. Otomatis rambut gak boleh nongol, kan katanya cuma muka doank bukan kepala. Btw, ente pengikut Muhammad kan? Kalo gak sih ya terserah apa kata ente lah”
Terlepas dari apakah jilbab itu wajib atau tidak, bukankah kita sebagai mukmin percaya bahwa segala sesuatu yang telah digariskan oleh Allah dan disampaikan oleh rasulNYA hanyalah demi kemaslahatan kita semata?! Lagipula apakah anda (para pria khususnya Mr. JIL cs) bisa menjamin akan tahan dengan godaan rambut wanita yang katanya adalah mahkota. Yang namanya mahkota jelas akan mempercantik para pemakainya n bisa bikin mata silau. Coba aja perhatiin ratu Elizabet, lebih anggun mana, pake mahkota atau gak? Jangankan itu, ngeliat tangan cewek yang halus mulus doank para cowok udah pada ngiler, apalagi ngeliat muka yang dihiasi rambut (wah….mata elo-elo semua –para cowok- langsung pada belo kan?) Kan emang udah dari sononya wanita itu diciptakan dengan daya tarik RUARR BIASA !!! menarik dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Now…Mr. JIL, what do u think of that??? Hmm, sebaiknya kita lanjutkan diskusinya kapan-kapan. Kalo bisa di kafe ya, jangan di koridor soalnya kalo udah ngomongin hal-hal kayak gitu aku biasanya suka laper hehehe (^_^).

Footnote: percakapan saya dengan Mr. JIL udah diedit sedemikian rupa karena kalo gak para reader semua gak akan ngerti, soalnya kami ngomongnya pake bahasa minangkabau/ IQ 020806

2 comments:

Unknown said...

gimana kalau yang ditutupi mukanya, rambutnya jangan ditutupi.
menurut saya, justru yang bikin ngiler itu mukanya yang cakep. coba kalau kelihatan rambut doank, gak kelihatan muka sama sekali.
gimana?

siput said...

JILBAB MENURUT BUYA HAMKA (Pendiri/Ketua MUI ke-1, Tokoh Ulama Besar Muhammadiyah), yang ditentukan oleh agama adalah Pakaian yang Sopan dan menghindari 'Tabarruj'

berikut adalah kutipan Tafsir Al-Azhar Buya HAMKA (Tafsir Al-Azhar, Jilid 6, Hal. 295, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015), selengkapnya lebih jelas dan tegas dapat dibaca pada Al-Ahzab: 59 dan An-Nuur: 31

'Nabi kita Muhammad saw. Telah mengatakan kepada Asma binti Abu Bakar ash-Shiddiq demikian,

"Hai Asma! Sesungguhnya Perempuan kalau sudah sampai masanya berhaidh, tidaklah dipandang dari dirinya kecuali ini. (Lalu beliau isyaratkan mukanya dan kedua telapak tangannya)!"

Bagaimana yang lain? Tutuplah baik-baik dan hiduplah terhormat.

Kesopanan Iman

Sekarang timbullah pertanyaan, Tidakkah Al-Qur'an memberi petunjuk bagaimana hendaknya gunting pakaian?

Apakah pakaian yang dipakai di waktu sekarang oleh perempuan Mekah itu telah menuruti petunjuk Al-Qur'an, yaitu yang hanya matanya saja kelihatan?

Al-Qur'an bukan buku mode!

Bentuk pakaian sudah termasuk dalam ruang kebudayaan, dan kebudayaan ditentukan oleh ruang dan waktu ditambahi dengan kecerdasan.

Tidaklah seluruh pakaian Barat itu ditolak oleh Islam, dan tidak pula seluruh pakaian negeri kita dapat menerimanya.

Kebaya model Jawa yang sebagian dadanya terbuka, tidak dilindungi oleh selendang, dalam pandangan Islam adalah termasuk pakaian "You can see" juga. Baju kurung cara-cara Minang yang guntingnya sengaja disempitkan sehingga jelas segala bentuk badan laksana ular melilit, pun ditolak oleh Islam.'

MENGENAL (KEMBALI) BUYA HAMKA

Ketua Majelis Ulama Indonesia: Buya HAMKA

"paling konsisten memperjuangkan Syariat Islam menjadi dasar negara Indonesia. Dalam pidatonya, HAMKA mengusulkan agar dalam Sila Pertama Pancasila dimasukkan kembali kalimat tentang 'kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluknya', sebagaimana yang termaktub dalam Piagam Jakarta."

mui.or.id/tentang-mui/ketua-mui/buya-hamka.html

Mantan Menteri Agama H. A. Mukti Ali mengatakan, "Berdirinya MUI adalah jasa HAMKA terhadap bangsa dan negara. Tanpa Buya, lembaga itu tak akan mampu berdiri."

kemenag.go.id/file/dokumen/HAMKA.pdf

"Buya HAMKA adalah tokoh dan sosok yang sangat populer di Malaysia. Buku-buku beliau dicetak ulang di Malaysia. Tafsir Al-Azhar Buya HAMKA merupakan bacaan wajib."

disdik.agamkab.go.id/berita/34-berita/1545-seminar-internasional-prinsip-buya-hamka-cermin-kekayaan-minangkabau

"Sebab itu, menjadi pilihan pribadi masing-masing Muslimah mengikuti salah satu pendapat jumhur ulama: memakai, atau tidak memakai jilbab." nu.or.id

"Antara Syari'ah dan Fiqh

(a) menutup aurat itu wajib bagi lelaki dan perempuan (nash qat'i dan ini Syari'ah)
(b) apa batasan aurat lelaki dan perempuan? (ini fiqh)

Catatan: apakah jilbab itu wajib atau tidak, adalah pertanyaan yang keliru. Karena yang wajib adalah menutup aurat."

*Nadirsyah Hosen, Dosen Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

luk.staff.ugm.ac.id/kmi/isnet/Nadirsyah/Fiqh.html

Terdapat tiga MUSIBAH BESAR yang melanda umat islam saat ini:
1. Menganggap wajib perkara-perkara sunnah.
2. Menganggap pasti (Qhat'i) perkara-perkara yang masih menjadi perkiraan (Zhann).
3. Mengklaim konsensus (Ijma) dalam hal yang dipertentangkan (Khilafiyah).

*Syeikh Amru Wardani. Majlis Kitab al-Asybah wa al-Nadzair. Hari Senin, 16 September 2013

www.suaraalazhar.com/2015/05/tiga-permasalahan-utama-umat-saat-ini.html

*bila kelak ada yang berkata atau menuduh dan fitnah Buya HAMKA: Sesat dan menyesatkan, Syiah, Liberal, JIL, JIN, SEPILIS atau tuduhan serta fitnah keji lainnya (hanya karena ijtihad Beliau mungkin tidak sesuai dengan trend/tradisi saat ini), maka ketahuilah dan ada baiknya cukupkan wawasan terlebih dahulu, bahwa dulu Beliau sudah pernah dituduh sebagai Salafi Wahabi (yang notabene identik dengan Arab Saudi). "Teguran Suci & Jujur Terhadap Mufti Johor: Sebuah Polemik Agama" #HAMKA #MenolakLupa