Ada seorang hamba ketika ditanya Tuhannya “sanggupkah kau menjadi khalifahKu di dunia?” dia menjawab “aku sanggup wahai Tuhanku”.
Entah mengapa ia merasa sanggup padahal ia belum tahu seperti apa dunia itu sebenarnya, mungkin ketika itu dia hanya mengira bahwa dunia itu pastilah sesuatu yang sangat menarik.
Akhirnya dikirimlah ia ke dunia untuk memikul sebuah tanggung jawab besar. Ia menjumpai dunia melalui rahim ibunya. Pertama kali merasakan atmosfir dunia, ia benar-benar sangat terkejut dan tiba-tiba menjadi sangat takut. Ingin rasanya ia kembali, rasa percaya dirinya hilang seketika, namun apakah ia harus menelan kembali ucapannya?
Si hambapun menangis untuk pertama kali dalam kehidupannya. Ada dua alasan mengapa ia menangis. Pertama karena saking terkejutnya ia melihat betapa amat menyakitkannya dunia itu sebenarnya, ia merasa bagai disayat-sayat sembilu ketika angin dunia menyapanya. Kedua, karena dia telah melepaskan hal paling berharga dalam hidupnya, perjanjiannya dengan Tuhannya – bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah. Janji tersebut berhamburan dari genggamannya akibat keterkejutannya saat pertama kali melihat dunia. Lantas apa yang harus dilakukannya?
Dia tidak punya pilihan lain selain meneruskan kehidupan dunianya dengan tujuan mengumpulkan kembali serpihan janjinya, karena hanya dengan menggenggam janji itu sajalah dia akan selamat dari murka Tuhannya. Caranya? Ya dengan menjalankan tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya.
Tapi setelah berkutat selama puluhan tahun di dunia ia tak kunjung berhasil menyatukan serpihan-serpihan itu. Dunia dengan keindahannya telah melenakannya dari tugasnya sebagai khalifah dan diapun telah mengabaikan hakikatnya sebagai hamba dari Tuhannya. Terkadang timbul juga kesadaran di hatinya untuk segera kembali pada tujuannya semula, tapi hal itu tidak bertahan lama, paling hanya sekitar 1 jam dan paling lama hanya beberapa hari dan setelahnya ia kembali tenggelam dalam pesona dunia. Entah sampai kapan ia akan terus seperti itu, sadar lalu lupa…sadar lagi terus lupa lagi…sadar lagi kemudian lupa kembali.
Tolong do’akan si hamba yang satu ini agar ia terbebas dari sifat pelupanya. Tolong do’akan ia agar ketika tiba saat Tuhannya menagih janjinya ia ada dalam keadaan sadar sepenuhnya. Tolong do’akan ia agar dapat selamat dari murka Tuhannya dengan hanya menggenggam satu serpihan janji saja. Tolong…tolonglah do’akan ia karena ia sebenarnya sangatlah takut pada Tuhannya namun karena kelemahannya sebagai manusia, ia dengan gampang tertipu oleh dunia.
Entah mengapa ia merasa sanggup padahal ia belum tahu seperti apa dunia itu sebenarnya, mungkin ketika itu dia hanya mengira bahwa dunia itu pastilah sesuatu yang sangat menarik.
Akhirnya dikirimlah ia ke dunia untuk memikul sebuah tanggung jawab besar. Ia menjumpai dunia melalui rahim ibunya. Pertama kali merasakan atmosfir dunia, ia benar-benar sangat terkejut dan tiba-tiba menjadi sangat takut. Ingin rasanya ia kembali, rasa percaya dirinya hilang seketika, namun apakah ia harus menelan kembali ucapannya?
Si hambapun menangis untuk pertama kali dalam kehidupannya. Ada dua alasan mengapa ia menangis. Pertama karena saking terkejutnya ia melihat betapa amat menyakitkannya dunia itu sebenarnya, ia merasa bagai disayat-sayat sembilu ketika angin dunia menyapanya. Kedua, karena dia telah melepaskan hal paling berharga dalam hidupnya, perjanjiannya dengan Tuhannya – bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah. Janji tersebut berhamburan dari genggamannya akibat keterkejutannya saat pertama kali melihat dunia. Lantas apa yang harus dilakukannya?
Dia tidak punya pilihan lain selain meneruskan kehidupan dunianya dengan tujuan mengumpulkan kembali serpihan janjinya, karena hanya dengan menggenggam janji itu sajalah dia akan selamat dari murka Tuhannya. Caranya? Ya dengan menjalankan tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya.
Tapi setelah berkutat selama puluhan tahun di dunia ia tak kunjung berhasil menyatukan serpihan-serpihan itu. Dunia dengan keindahannya telah melenakannya dari tugasnya sebagai khalifah dan diapun telah mengabaikan hakikatnya sebagai hamba dari Tuhannya. Terkadang timbul juga kesadaran di hatinya untuk segera kembali pada tujuannya semula, tapi hal itu tidak bertahan lama, paling hanya sekitar 1 jam dan paling lama hanya beberapa hari dan setelahnya ia kembali tenggelam dalam pesona dunia. Entah sampai kapan ia akan terus seperti itu, sadar lalu lupa…sadar lagi terus lupa lagi…sadar lagi kemudian lupa kembali.
Tolong do’akan si hamba yang satu ini agar ia terbebas dari sifat pelupanya. Tolong do’akan ia agar ketika tiba saat Tuhannya menagih janjinya ia ada dalam keadaan sadar sepenuhnya. Tolong do’akan ia agar dapat selamat dari murka Tuhannya dengan hanya menggenggam satu serpihan janji saja. Tolong…tolonglah do’akan ia karena ia sebenarnya sangatlah takut pada Tuhannya namun karena kelemahannya sebagai manusia, ia dengan gampang tertipu oleh dunia.
Blog reader semuanya...hamba itu adalah saya sendiri (IQ caniago). Tolong do'akan ya... terima kasih :).
No comments:
Post a Comment