Allah tidak adil!!!

“Allah tidak adil” itu adalah kata-kata yang keluar dari mulut seorang akhwat yang aku kenal. Ya Allah…aku merinding begitu mendengarnya.

Ucapan itu kemudian diikuti dengan mogok bertemu Allah…astaghfirullah…ia (saudariku itu) meninggalkan shalat padahal ia tahu bahwa shalat itu adalah pembeda antara muslim dan kafir…astaghfirullah…aku berharap ketika itu dia sedang tidak sadar.

Allah, ampunilah ia dan kasihanilah kami.

Pantaskah kata itu terucap setelah sekian nikmatNYA kita lahap dengan rakusnya?

Layakkah kata itu bergema setelah sekian pinta kita selalu dipenuhiNYA.

Sekali lagi…pantaskah kata itu termuntahkan hanya karena komputer kita yang tiba-tiba berulah sementara letih terasa menggelayuti tubuh setelah berjuang mengetik skripsi seharian?

Pantaskah Dia menerima sumpah serapah kita hanya karena kita MERASA keadaan begitu sulit untuk digauli? Lantas, bolehkah kita meninggalkan komunikasi denganNYA hanya karena kita tiba2 MERASA diabaikan?

“Pantas” itu adalah jawaban yang cukup layak atas semua pertanyaan itu ketika kita masih memposisikan diri kita sebagai insan. Karena ketika manusia menjadi seorang insan maka yang ada hanyalah ke-aku-an “gue ya gue, elo ya elo”, tidak ada orang lain tidak juga Tuhan yang ada hanya ‘GUE’.

“Tidak Pantas” itu adalah jawaban pasti ketika kita telah berdiri pada posisi hamba. Ketika manusia telah menjadi hamba yang ada hanyalah majikan (Tuhan) dan sahaya (manusia). Tuhan sebagai majikan tentu saja tidak akan pernah mengabaikan hambaNYA, kalaupun tampaknya memang demikian maka itu hanyalah ujian untuk menakar kesetiaan si hamba padaNYA. Dan seorang hamba tentu saja seharusnya mempercayai keadilan majikannya karena hanya untuk majikannya sajalah ia hidup.

“Tidak akan pernah terucap” itu adalah jawaban absolut untuk seorang khalifah. Ketka manusia telah menyadari kedudukannya sebagai khalifah maka tentu saja kata “Allah tidak adil” tidak akan pernah terselip dalam agenda hidupnya sebab hubungannya dengan Allah adalah partnership. Posisi khalifah adalah posisi ketika manusia telah menyadari keberadaannya diantara Tuhan dan makhluk (Tuhan – khalifah – makhluk). Khalifah adalah seorang penjaga, pemelihara diri dan sekitarnya.

Ya Allah…ampunilah kami, hambaMu ini, atas kealfaan kami mensyukuri nikmatMu

Ya Allah…ampunilah kami atas kebodohan kami mensikapi ke-Maha BijaksanaanMu dan ke-Maha AdilanMu

Ya Allah…ampunilah kami sekiranya terlontar fitnah atasMu dari lidah kami karena sesungguhnya kami hanyalah hambaMu yang sangat amat lemah

Ya Allah…kasihanilah kami atas kedunguan kami yang tidak menyadari betapa kasih dan sayangnya Engkau pada kami.

Allah…jangan pernah biarkan kami meninggalkanMu,tidak ya Allah…jangan…jangan pernah

Allah…jangan pernah pula Engkau tinggalkan kami,tidak Ya Rabb…jangan…jangan pernah

Rabb…We will lost without You, I will lost without You (~_~)

dedicated to all bro n sis in islam, special tuk uni... yang aku sayangi karenaNYA, Allah tidak akan pernah berbuat tidak adil padamu. Semua beban berat yang menimpa sesungguhnya hanyalah membuktikan satu hal bahwa Dia sangat menyayangimu karenanya Dia ingin agar kau mengadu padaNYA menumpahkan kesahmu hanya padaNYA. Pernahkah uni berfikir Ia sangat cemburu karena uni telah mengabaikanNYA?!